PERJUANGAN TERAKHIR
TULISAN SEDERHANA, TAPI CUKUP MENGANTARKANKU JADI SARJANA PENDIDIKAN.. Hehehe :D
Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VA SD Negeri 005 Rambah
MUHAMMAD
FEBRIYAN SETIANA
Applying
Of Model Study Of Co-Operative Type of TGT To Increase Result Of Learning
Mathematics Student Class of VA SD Country 005 Rambah
Abstract
This research aim to increase result of
learning class student mathematics specially at fraction direct material. This
research is executed in the class of VA SD Negeri 005 Rambah by applying model
study of co-operative type TGT in its study process. Result of research
indicate that study process by applying model study of co-operative type TGT
can improve process and increase result learn class student mathematics of VA
SD Negeri 005 Rambah specially at fraction direct material. Become, model study
of co-operative type TGT can be made as one of the alternative model study of
which can applied by teacher to improve process and increase result learn
student mathematics.
Key Words: Co-operative type TGT, result
of learning and mathematics.
A.
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran matematika merupakan bagian dari proses pendidikan di
sekolah dan bermanfaat dalam setiap aspek kehidupan.
Tujuan
pembelajaran matematika itu adalah melatih cara berpikir, bernalar,
mengembangkan aktifitas kreatif, memecahkan masalah dan mampu mengkomunikasikan
hasil pemecahan masalah yang telah dibuatnya.
Salah satu faktor
penting dalam mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran matematika
adalah guru. Guru diharapkan kreatif dalam memilih dan menyesuaikan model dan
metode pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan
dapat mewujudkan hal tersebut adalah pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat memperbaiki proses
dan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VA SD Negeri 005 Rambah semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011 khususnya pada materi
pokok Pecahan.
Menurut Slavin (1995 :
8), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja secara
kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dirancang agar siswa
dapat bekerja didalam kelompok yang heterogen dan setiap siswa dituntut agar
dapat bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Terdapat 6 langkah utama atau
tahapan didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu
penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok, membimbing kelompok bekerja dan
belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
Pembelajaran kooperatif
tipe TGT adalah model pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya
setara dengan mereka (Slavin, 1995 : 163). Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar
dalam kelompok (teams), permainan (geams), turnament (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition).
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman individu dengan lingkungannya yang dilakukan secara sadar dan
berpengaruh terhadap dirinya. Sedangkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki
siswa setelah melalui proses belajar dalam bentuk angka-angka atau skor yang
diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar matematika yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan siswa dalam memahami
pembelajaran matematika yang dinyatakan dalam angka-angka atau skor setelah
melaksanakan tes hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT.
B.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 005 Rambah
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap Tahun Pelajaran 2010/2011 bulan Maret tahun 2011.
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 005 Rambah semester
genap tahun pelajaran
2010/2011. Siswa kelas VA SD Negeri 005 Rambah berjumlah 33 orang siswa yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Arikunto (2006 : 2) menyatakan PTK adalah penelitian
tindakan yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian
ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus dengan 4 (empat) tahapan yang akan dilalui
pada setiap siklusnya (Mulyasa, 2009 : 70) yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
Instrumen penelitian
ini antara lain Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), Kartu Soal dan Lembar Ulangan Siklus. Instrumen pengumpul data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang aktifitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran berlangsung dan data tentang hasil belajar
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik pengamatan/observasi dengan cara melakukan pengamatan
terhadap aktivitas guru dan siswa pada setiap pertemuan dan teknik tes dengan
cara melaksanakan ulangan siklus setelah kegiatan pada setiap siklus telah
selesai dilaksanakan. Teknik
yang digunakan untuk menganalisa data-data dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengambarkan data aktifitas
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan data tentang hasil belajar matematika siswa pada
materi pokok Pecahan. Analisis data tentang aktifitas guru dan siswa didasarkan
pada hasil yang diperoleh dari lembar pengamatan yang diambil pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan melihat kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Analisis
data tentang hasil belajar
matematika siswa dilakukan dengan cara menganalisis data hasil belajar siswa
secara individu maupun secara kelompok. Adapun yang akan dianalisis antara
lain, skor perkembangan siswa dan penghargaan kelompok, ketercapaian indikator
dan
KKM serta ketercapaian tujuan
penelitian.
C.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I mencakupi
pertemuan pertama (Senin, 14 Maret 2011), pertemuan kedua (Selasa, 15 Maret
2011) pertemuan ketiga (Rabu, 16 Maret 2011) dan ulangan siklus I (Sabtu, 19
Maret 2011). Sedangkan pada siklus II mencakupi pertemuan keempat (Senin, 21
Maret 2011), pertemuan kelima (Selasa, 22 Maret 2011), pertemuan keenam (Rabu,
23 Maret 2011) dan ulangan siklus II (Sabtu, 26 Maret 2011).
Hasil pengamatan aktifitas guru yang berupa rata-rata skor
dan kriteria pada pertemuan pertama hingga pertemuan keenam berturut-turut
yaitu pertemuan I 3,55 (sangat baik), pertemuan II 3,45 (sangat baik),
pertemuan III 3,45 (sangat baik), pertemuan IV 3,60 (sangat baik), pertemuan V
3,60 (sangat baik) dan pertemuan VI 3,70 (sangat baik).
Hasil pengamatan aktifitas siswa pada pertemuan pertama
hingga pertemuan keenam berturut-turut yaitu, pertemuan I 3,42 (sangat baik),
pertemuan II 3,58 (sangat baik), pertemuan III 3,50 (sangat baik), pertemuan IV
3,25 (sangat baik), pertemuan V 3,67 (sangat baik) dan pertemuan VI 3,58
(sangat baik).
Nilai perkembangan siswa secara individu diperoleh dengan cara mencari
selisih skor awal dengan skor ulangan siklus siswa.
Persentase skor perkembangan 5
pada siklus pertama dan siklus kedua sama. Persentase skor perkembangan 10 pada
siklus pertama mengalami peningkatan pada siklus kedua. Persentase skor
perkembangan 20 pada siklus pertama lebih besar daripada siklus kedua. Sedangkan
persentase skor perkembangan 30 pada siklus pertama lebih besar daripada siklus
kedua.
Berdasarkan skor perkembangan tersebut, dapat dilihat bahwa persentase
siswa yang mencapai KKM pada siklus pertama mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Hal itu dikarenakan skor dasar siswa sebelum diadakannya tindakan
sangat rendah. Sedangkan peningkatan hasil belajar pada siklus kedua dengan
membandingkan dengan skor ulangan siklus I sebagai skor dasar, tidak terjadi
peningkatan yang signifikan. Hal itu dikarenakan pada siklus pertama hasil
belajar matematika siswa telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga pada siklus kedua peningkatan hasil belajar matematika siswa tidak
terlalu signifikan seperti pada siklus pertama.
Jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan sebelum tindakan, ulangan
siklus I dan ulangan siklus II terjadi perubahan. Dimana jumlah siswa yang
mencapai KKM pada ulangan sebelum diadakannya tindakan, siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Pada ulangan sebelum diadakannya tindakan, jumlah siswa
yang mencapai KKM hanya berjumlah 7 (21,21%) orang siswa. Kemudian pada ulangan
siklus I terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 22 (66,67%)
orang siswa. Selanjutnya pada ulangan siklus II juga mengalami peningkatan,
yaitu berjumlah 28 (84,25%) orang siswa.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
terhadap hasil belajar matematika siswa setelah diadakannya tindakan. Dengan
demikian tujuan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses
pembelajaran telah tercapai dengan baik.
Setiap kelompok juga mengalami peningkatan rata-rata poin hasil turnamen pada
setiap pertemuan siklus I dan siklus II. Walaupun pada siklus II terjadi
perubahan pada anggota kelompok, akan tetapi semua kelompok kecuali kelompok VI
mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal tersebut juga membuktikan
bahwa pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II, hasil belajar dalam
kelompok dan semangat siswa dalam belajar mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis hasil tindakan yang telah dikemukakan diatas, dapat
kita simpulkan bahwa ketercapaian tentang aktifitas guru dan siswa dan
ketercapaian hasil belajar matematika baik secara individu maupun klasikal telah
sesuai dengan perencanaan.
Berdasarkan hasil pengamatan guru terhadap aktifitas siswa selama
melaksanakan proses pembelajaran di kelas VA SD Negeri 005 Rambah,
terlihat siswa sangat bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal itu
dikarenakan, siswa dalam proses pembelajaran dilatih untuk bekerja sama dalam mengerjakan
tugas yang diberikan guru dalam kelompok belajar, menyajikan hasil diskusi
didepan kelas, aktif bertanya dan memberikan tanggapan saat penyajian diskusi,
aktif dalam turnamen dan bersaing secara sehat dalam pelaksanaan turnamen.
Dari analisis hasil pengamatan aktifitas guru dan siswa, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memperbaiki proses
pembelajaran matematika siswa kelas VA SD Negeri 005 Rambah.
Selanjutnya, melihat hasil pada ulangan siklus I, diperoleh bahwa hasil
belajar matematika siswa secara individu pada ulangan siklus I belum mencapai
ketercapaian indikator secara menyeluruh. Pada indikator ketiga hanya 20
(60,61%) orang siswa yang mencapai ketuntasan pada indikator tersebut. Hal
tersebut dikarenakan siswa masih banyak yang salah dalam mengubah pecahan
campuran menjadi pecahan biasa, sehingga pada penghitungan terakhir tidak
diperoleh jawaban yang benar. Pada indikator keempat hanya 19 (57,57%) orang
siswa yang mencapai ketuntasan indikator. Hal tersebut dikarenakan pada saat
menjumlahkan tiga pecahan, banyak siswa yang hanya menjumlahkan dua pecahan
saja dan tidak menjumlahkan pecahan yang satu lagi. Sehingga hasil penjumlahan
tiga pecahan tidak sesuai dengan jawaban yang benar. Pada indikator kelima
hanya 11 (33,33%) orang siswa yang mencapai ketuntasan indikator. Hal tersebut
dikarenak bukan karena siswa tidak mengerti konsep penjumlahan pecahan desimal.
Akan tetapi pada saat menjawab soal ulangan siklus I tentang penjumlahan
desimal, banyak siswa yang tidak membuat langkah penyelesaiannya. Sehingga banyak
siswa yang tidak mendapatkan skor yang maksimal pada indikator tersebut. Pada
indikator keenam hanya 16 (48,48%) orang siswa yang mencapai ketuntasan
indikator. Hal tersebut dikarenakan pada indikator tersebut banyak siswa yang
tidak mengerjakan hingga selesai soal mengenai indikator tersebut dan bahkan
ada beberapa orang siswa tidak mengerjakan sama sekali soal mengenai indikator
tersebut.
Perolehan hasil ulangan siklus II berdasarkan ketercapaian indikator, sudah
lebih baik atau terjadi peningkatan dari siklus I. Pada siklus II ini, sebagian
besar siswa telah menguasai semua indikator yang ada. Hanya pada indikator
ketiga dan keenam saja, lebih sedikit jumlah siswa yang menguasai indikator
tersebut. Pada indikator keempat hanya 20 (60,61%) orang siswa yang mencapai
ketuntasan berdasarkan indikator. Hal ini dikarenakan oleh penyebab yang sama
pada saat ulangan siklus I, yaitu banyak siswa yang hanya mengurangkan dua
pecahan saja pada indikator pengurangan tiga pecahan. Selain itu beberapa orang
siswa juga ada yang salah dalam merubah pecahan campuran ke bentuk pecahan
biasa, sehingga hasil jawabannya tidak sesuai dengan jawaban yang sebenarnya.
Pada indikator keenam hanya 21 (63,64%)
orang siswa yang menguasai indikator tersebut. Hal ini dikarenakan banyak siswa
yang tidak bisa mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa dan juga banyak
siswa yang tidak tuntas dalam pengerjaan soal pada indikator tersebut.
Dari hasil analisis hasil belajar matematika secara individu berdasarkan ketercapaian
KKM, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa
setelah dilaksanakannya tindakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan sebelum
dilaksanakannya tindakan. Pada saat sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang
mencapai KKM hanya berjumlah 7 (21,21%) orang siswa. Setelah dilaksanakannya
tindakan siklus I, terjadi peningkatan terhadap jumlah siswa yang mencapai KKM,
yaitu berjumlah 22 (66,67%) orang siswa, dengan jumlah peningkatan hasil
belajar matematika siswa pada siklus I sebanyak 15 (45,46%) orang siswa. Kemudian
pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM, yaitu
berjumlah 28 (84,85%) orang siswa, dengan jumlah peningkatan hasil belajar matematika
siswa pada siklus II sebanyak 6 (18,18%) orang siswa.
Selanjutnya berdasarkan hasil belajar matematika siswa secara klasikal, diperoleh
bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan perolehan poin oleh setiap
kelompok belajar. Begitu juga dengan kriteria yang diperoleh oleh setiap
kelompok belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar
matematika siswa secara klasikal telah sesuai dengan perencanaan yaitu ditandai
dengan terjadinya peningkatan perolehan poin dan kriteria penghargaan yang
diperoleh tiap kelompok belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memperbaiki proses dan meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Hal ini terbukti karena pada pembelajaran
kooperatif tipe TGT, siswa melaksanakan permainan dalam bentuk turnamen.
Permainan dalam bentuk turnamen ini terbukti sangat disukai oleh siswa dan
selalu ditunggu oleh siswa pada setiap pertemuan. Siswa juga diajarkan untuk
bersaing secara sehat dalam kelas tersebut untuk menjadikan kelompok belajar
mereka sebagai kelompok super. Permainan dalam bentuk turnamen tersebut dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, diskusi dalam
kelompok untuk mengerjakan LKS dan menyajikan hasil diskusi juga dapat membuat
siswa terlibat secara aktif dalm proses pembelajaran. Sehingga dengan terlibat
aktifnya siswa dalam proses pembelajaran dan didukung oleh semangat belajar
siswa yang tinggi, dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VA
SD Negeri 005 Rambah Kabupaten Rokan Hulu pada materi pokok pecahan Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Pada penelitian ini, juga terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran atau tindakan. Hambatan yang ditemui yaitu dalam pertemuan
pertama, siswa masih kelihatan bingung dan belum terbiasa dengan model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Siswa juga masih banyak yang bersifat
individual dan tidak terbiasa bekerja sama dalam kelompok belajar. Pada awal
pertemuan, siswa juga masih banyak yang pasif dalam proses pembelajaran,
menanggapi penyajian hasil diskusi dan melaksanakan turnamen. Hal tersebut
dikarenakan selama ini siswa jarang atau hampir tidak pernah aktif bertanya dan
memberikan jawaban dalam proses pembelajaran, bekerja sama dalam kelompok
belajar, menyajikan hasil diskusi dan melaksanakan turnamen.
Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan yaitu pada LKS pertemuan
pertama dan ketiga, terlalu banyak hal yang akan dikerjakan. Sehingga pada
pelaksanaan tindakan, alokasi waktu banyak digunakan untuk mengerjakan LKS,
sehingga alokasi waktu pelaksanaan turnamen yang merupakan kegiatan inti dari
model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengalami kekurangan dan kegiatan akhir
tidak dapat dilaksanakan. Kemudian pada lembar pengamatan aktifitas siswa dan
guru, sebaiknya diberi kolom rata-rata dan kriteria yang terpisah. Sehingga
pada waktu penghitungan dan penentuan kriteria aktifitas guru dan siswa dapat
dilakukan dengan mudah.
D. KESIMPULAN
DAN SARAN
Setelah dilaksanakannya penelitian dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas VA SD Negeri 005 Rambah,
diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dapat membangkitkan minat, motivasi
dan dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan sebelum tindakan,
ulangan siklus I dan ulangan siklus II berturut-turut adalah 7 (21,21%) orang
siswa, 22 (66,67%) orang siswa dan 28 (84,85%) orang siswa.
Terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I sebanyak 15
(45,46%) orang siswa dan pada siklus II sebanyak 6 (18,18%) orang siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memperbaiki proses
dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VA SD Negeri
005 Rambah Kabupaten Rokan Hulu Tahun Pelajaran 2010/2011 khususnya pada materi
pokok pecahan.
Setelah melaksanakan penelitian beserta pembahasannya, maka peneliti
memberikan saran-saran antara lain model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan sebagai
model pembelajaran alternatif yang dapat dilaksanakan didalam kelas. Hal ini
disebabkan model pembelajaran ini sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan
keaktifan siswa didalam kelas serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, harus memperhatikan alokasi waktu yang
ada. Sehingga upaya pelaksanaan proses pembelajarannya dapat berjalan secara
efisien dan efektif. Bagi para pembaca yang ingin melanjutkan penelitian ini,
agar memperhatikan setiap langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT,
supaya tujuan dalam penelitian yang kita laksanakan dapat dicapai dengan baik.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asma,
Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.
Depdiknas. 2007. Pedoman
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2007. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyanti, dkk. 2006.
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Kependidikan Direktorat Pendidikan Tinggi. Depdikbud.
Given,
Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching.
Bandung: Mizan Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ibrahim, Muslimin,
dan Nur, M.. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Midrianti,
dkk. 2009. Panduan Penulisan RPP dan LKS.
Pekanbaru: Departemen Pendidikan Nasional Panitia Sertifikasi Guru Rayon 5 FKIP
Universitas Riau.
Mulyasa,
E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya
Slavin, R.E. 1995.
Cooperative Learning Theory Research and Practice. Boston: Allyn, Bacond.
Subarinah,
Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Sudjana, Nana.
2005. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Suharjo.
2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, Moh. Uzer.
2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosda Karya.